Kepemimpinan Cendekia: IKHTIAR dan DOA Menuju Indonesia Emas

Kepemimpinan Cendekia: Ikhtiar dan Doa Menuju Indonesia Emas

Antoni Ludfi Arifin

Di komunitas SDM Cendekia, saya sedang menggagas ide menulis buku Kepemimpinan Cendekia. Apa sich yang dimaksud kepemimpinan cendekia itu? Pada buku Antologi Kepemimpinan Cendekia belum terformulasi model kepemimpinan cendekia itu seperti apa? dan bagaimana ide kepemimpinan cendekia itu.  Kami hanya menulis-menulis dan menulis soal kepemimpinan. Di buku ini, saya menawarkan ide model kepemimpinan cendekia (lihat gambar) yang nanti bisa dijadikan pijakan cara berpikir dalam mengembangkan ide menulis buku Kepemimpinan Cendekia.

Model Kepemimpinan Cendekia diawali dengan DOA, bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Swt, agar kita bisa diridhoi dalam mencapai tujuan dan cita-cita. DOA terdiri dari: 1) Develop Vision, 2) Opportunities Seeker, dan 3) Amaze Yourself.

Saya akan sedikit bercerita tentang DOA ini. Pertama, seorang pemimpin sejatinya harus memulai diri dengan visi—develop vision, pandangan jauh ke depan, menuju kemana organisasi dan “kapal” yang akan dibawa ini. Lalu, mengarahkan misi “hidup” untuk apa keberadaan organisasi ini terhadap stakeholder-nya? Mencari keuntungan finansial sematakah? Menyejahterakan karyawankah? Meningkatkan kepuasan pelanggankah? Membahagiakan masyarakatkah? Misi-misi ini yang akan menjadi “roh” dan menghidupkan organisasi. Langkah kedua adalah Opportunities Seeker, seorang pemimpin harus mencari peluang-peluang yang ada. Memanfaatkan segala situasi terburuk dalam memberikan kemaslahatan bagi organisasi. Ingatlah, pada situasi seburuk apapun, seperti pandemic Covid-19 ini, pastilah ada peluang yang bisa ditemukan oleh seorang pemimpinn untuk organisasinya.

Ketiga, Amaze Yourself, buat dirimu taksjub. Jika engkau yakin akan dirimu, maka keyakinanmu akan menyakini orang lain. Pantaskanlah diri dengan meng-isntall hal-hal terbaik dalam diri. Penampilan yang terlihat, rapi misalnya. Kompetensi yang terus dipupuk, pengetahuan yang terbatinkan & Skills, misalnya. Dan Attitude yang baik, amanah, misalnya.  Sesuatu yang menajubkan ini harus ditampilkan nyata—ril, bukan rekayasa dan kamuflase.

Selanjutnya, ketika DOA sudah dilambungkan ke Arasy, Tuhan izinkanlah aku menjadi pemimpin terbaik dan mampu memberikan pelayanan bagi bawahan, pengikut, dan juga tim, maka langkah selanjutnya adalah IKHTIAR.

Saya menyebutnya IKHTIAR, karena berasal dari usaha yang menguatkan DOA, dan DOA yang dicapai melalui Usaha, keduanya saling mengikat dan menguatkan. IKHTIAR itu adalah: 1) Integrity, 2) Keep Collaborating, 3) Humble, 4) Trusworthy, 5) Inspiring Others, 6) Agile, dan 7) Respect. Mari kita bahas satu per satu:

  1. Integrity. Integritas adalah apa yang dicapkan sama dengan apa yang dilakukan. Integritas ini menjadi modal dasar seorang pemimpin, dengan intergritas yang baik, maka pemimpin bisa menjadi quality control dan moral keeper bagi dirinya dan orang lain.
  2. Keep Collaborating, saat ini eranya adalah era kolaborasi, tidak menarik lagi kompetisi yang saling mengalahkan satu sama lainnya.  Dengan modal kolaborasi ini, seorang pemimpin akan mampu menyinergikan potensi internal yang dimiliki dengan sumber daya eksternal yang dimiliki orang lain.
  3. Humble, rendah hati adalah keharusan bagi seorang pemimpin. Rendah hari bukan berarti rendah diri. Rendah hati berarti menyejajarkan diri dengan orang lain, berdiri sama tinggi—dengan pemimpin lainnya, dan duduk sama rendah—dengan bawahan/sub-ordinatnya. Sehingga dengan kerendahatian ini mampu “mengambil hati” orang lain: bawahan, teman sejawat, atasan, dan mitra kerja.
  4. Truswrothy. Kepemimpinan adalah buah dari amanah. Wujudnya adalah rasa tanggung jawab. Tanggun jawab dan amanah ini lah yang nanti “di mata” orang lain kita bisa dipercaya. Jabatan “kepemimpinan” dan segala sumber daya yang diberikan kepada kita adalah titipan, ia harus dijaga agar bertumbuh dan berkembang, bukan berkurang dan hilang.  Titipan jabatan manajer misalnya, Ia harus dijaga dengan penuh tanggung jawab, menjalankannya dengan benar-bernar berdaya guna bagi organisasi.
  5. Inspiring Others. Kepemimpinan bukan soal jabatan dan wewenang, yang dengan otoritas mampu mengerakan orang lain untuk mengerjakan sesuatu. Tetapi, kepemimpinan soal inspiring others, menggugah orang lain agar bergerak mencapai tujuan dan cita-cita bersama.
  6. Agile. Kondisi saat ini, di era new normal dan kondisi ekonomi yang terus tidak stabil—pertumbuhan ekonomi menurun, inflasi meningkat, daya beli menurun, dan produksi menurun; maka dituntun kelincahan seorang pemimpin untuk “bermanuver” agar mampu menyesuaikan kondisi dan tidak larut dalam pusaran “badai.”
  7. Respect. Saling menghormati. Jangan merasa ketika kita menjadi pemimpin terus berharap untuk dihormati dan difaslitasi. Terus berikanlah senyum, sapa, dan salam kepada siapapun. Hormati mereka, sehingga bawahan, teman sejawat, mitra kerja, dan atasa kita memberikan rasa hormat yang sama kepada kita.