Strategi Membangun SDM Unggul

SDM CENDEKIA: Strategi Membangun SDM Unggul

Antoni Ludfi Arifin

Di beberapa kesempatan, saya sering diundang untuk menjadi pembicara bertema SDM Unggul, Peningkatan Kompetensi SDM, atau SDM Naik Kelas.  Ketika kita lihat indeks Human Capital Indonesia, hasil survei lawas Bank Dunia 2018 skor Indonesia menempati urutan 87 dari 157 Negara. Di banding negara-negara di Asia Tenggara pun, Indonesia harus terus berjuang meningkatkan kulitas SDM-nya. Karenanya, di kesempatan seminar/pelatihan tersebut saya menawarkan strategi mikro pengembangan SDM mulai dari diri sendiri.

Starategi membangun SDM Unggul, sesuai judul artikel ini. Kalimat Stategi Membangun SDM Unggul, terdiri dari tiga frasa, yaitu: 1) Strategi, 2) Membangun SDM, dan 3) Unggul. Saya mengartikan ketiga frasa tersebut dari buku Stategic Management-nya Fred R David untuk Strategi, saya juga menyitir buku Human Resource Management dari R. Wayne Mondy dan Robert M. Noe III untuk Membangun SDM, dan unggul saya artikan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Ketiga arti tersebut adalah:

Strategi adalah upaya yang meliputi analisis, membuat keputusan, dan melakukan tindakan yang dilakukan sebuah organisasi dalam mengatasi, menciptakan, dan mendukung keunggulan bersaing (diadaptasi dari Fred R. David).

Membangun SDM (HR Development) merupakan rencana, usaha berkelanjutan yang dilakukan manajemen [pribadi—sebagai pemimpin, keluarga, dll] untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja melalui pelatihan, pendidikan, dan program pengembangan lainnya (Mondy & Noe III).

Unggul [KBBI] berarti lebih tinggi (pandai, baik, cakap, kuat, awet, dan sebagainya) daripada yang lain-lain; utama (terbaik, terutama)

Membangun SDM Unggul diawali bagaimana kita mampu memformulasi diri dengan membangun fondasi SDM Unggul melalui mimpi dan cita-cita.  Mimpi dan cita-cita ini saya sebut sebagai kekuatan visi, ide pertama—visi—yaitu pandangan jauh ke depan (what do you want to become?) mau jadi apa sich kita, diimpian kita, pada cita-cita kita.

Lalu, mimpi ini diteruskan ke dalam misi hidup. Formulasi diri kedua adalah Misi yaitu alasan kebereradaan kita, reason for being. Untuk apa sich, kita hidup di dunia ini. Untuk bermanfaat bagi banyak orang, setidaknya. Yach, jangan juga seperti apa yang disampaikan Hamka, “Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.” Buya Hamka mengajak kita, agar hidup lebih bermakna, kerja lebih bearti.

Saya pun menawarkan dalam formulasi diri, ketiga yaitu Meaning, kita harus memiliki arti dalam hidup ini, meaning, lebih bearti bagi banyak orang, disenangi teman sejawat, disukai anak buah, dan disayangi oleh atasan, itu karena kita lebih berarti dalam hidup ini dan dalam kehidupan mereka/banyak orang. Terakhir, keempat adalah tujuan jangka panjang, long term objectivies (LTO).  Tujuan jangkan panjang ini adalah akhir perjalanan nanti yang akan kita tempuh, bisa 5-10 tahun, lalu diteruskan LTO selanjutnya untuk 5-10 tahun seterusnya; atau melampuinya di atas 10 tahun, LTO kita sesungguhnya yaitu pulang ke kampung akhirat, menjadi rahmatan lil alamin, bermafaat bagi seluruh semesta alam, dan kekal di akhirat nanti.

Setelah Formulasi diri, selanjutnya adalah eksekusi mimpi. Saya membaginya menjadi dua yaitu 1) tujuan jangka pendek dan 2) crafting habit yang baik, menjalankan kebiasaan yang menyukseskan, kebiasan positif yang memberdayakan.

Mimpi tanpa eksekusi sama dengan ngayal loe… berhalusinasi. Karenanya, mimpi dan cita-cita itu harus digapai lewat eksekusi.  Eksekusi pertama adalah bagaimana bisa menciptakan tujuan jangka pendek tahunan yang terukur, dapat dicapai, dan bisa diusahakan untuk diraih. Kata para akademikus, SMART, yaitu tujuan yang specific, measurable, achievable, reasonable, dan time bounded (terukur waktu pencapaianya).

Setelah tujuan jangka pendek ini distel (di-isntall), maka langkah selanjutnya adalah aksi diri hari per hari untuk mencapai tujaun tersebut. Jika kita bermimpi ingin punya 100 grobak bakso dalam 5 tahun ke depan, maka tujuan jangka pendeknya adalah memiliki 20 grobak bakso dalam setiap tahun, membangun merek bakso kita: branding. Dari logo, nama bakso, model grobak, ukuran bakso, warna grobak, warna kedai, pilihan tempat, dll.  Sedangkan Aksi Crafting habit agar 20 gerobak bakso bisa tercapai setiap tahun adalah, bangun lebih pagi, usaha lebih giat, kerja lebih jujur, melayani dengan lebih baik, dan nilai-nilai positif lainnya.

Selanjutnya, ketika mimpi sudah dilambungkan eksekusi mimpi sudah dijalankan, maka langka terakhir adalah bersyukur ketika mimpi kita sudah tercapai dan terus istiqomah ketika apa yang kita rencanakan belum sesuai dengan yang dihasilkan. Saya menyebutnya evaluasi diri, dengan melakukan 1) internal dan eksternal review: syukur, bersyukur, dan terus bersyukur serta 2) Istiqomah, terus konsisten menjalankan apa yang sudah kita cita-citakan.

Insyhaa Allah, dengan modal visi, eksekusi mimpi, evaluasi diri: bersyukur dan istiqomah, kita bisa menjadi SDM Unggul yang Bigger, Higher, Better. SDM Cendekia, yang mampu memiliki nilai-nilai kebaikan.